Categories
Berita Kegiatan

ILUNI UI Nilai Kasus Aktivis HAM Haris Azhar-Fatia Bukan Ranah Hukum

Jakarta, 10 April 2022 – Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Herzaky Mahendra Putra menilai, kasus yang melibatkan aktivis HAM Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti tidak seharusnya dibawa ke ranah hukum. Perbedaan pandangan antara keduanya dan Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan seharusnya bisa dijembatani dengan dialog terbuka.

“Ketika ada perbedaan katakanlah penyajian data hasil riset yang didasari argumen ilmiah, seharusnya didebat kembali dengan argumen-argumen ilmiah dan data terukur berdasarkan hasil riset lainnya. Jangan malah dipindahkan ruangnya dari diskusi ranah publik ke ranah hukum,” kata Herzaky dalam sambutannya di acara diskusi daring Forum Diskusi Salemba Policy Center ILUNI UI dengan tema ““Kasus Fatia Maulidiyanti-Haris Azhar: Kebebasan Intelektual Terancam?”, Minggu (10/4).

Herzaky berharap, ada solusi dan masukan bagi para pemangku kebijakan untuk memastikan iklim demokrasi terjaga tetap kondusif dan tidak semakin terdegradasi. Sudah seharusnya, hukum menjadi jalan terakhir dalam menjembatani perbedaan pendapat. “ILUNI UI memiliki komitmen kuat untuk menjaga agar kesehatan ruang publik tetap terjaga dengan terus memompakan oksigen berupa menyediakan ruang untuk berdialektika dan melakukan diskursus secara terukur,” kata dia.

Menambahkan Zaky, Ketua Policy Center ILUNI UI Mohammad Jibriel Avessina meminta agar nilai demokrasi perlu dijaga, salah satunya kebebasan intelektual ruang publik. Hasil riset selayaknya dijawab dengan riset, sehingga tercipta dialektika bernas. Dia mengingatkan, ranah kebebasan berpendapat di ruang publik patut mendapat sorotan.

“Saya juga mengingatkan berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis awal April lalu, 62,9 persen responden semakin takut menyampaikan pendapatnya. Ini menjadi catatan tebal yang perlu diperhatikan,” imbuhnya.

Akademisi STHI Jentera Asfinawati mengkritisi langkah yang ditempuh Luhut dalam mengambil jalur hukum. Menurutnya, kritisi yang dilayangkan kepada Luhut adalah sebagai pejabat publik. Sementara somasi adalah hak atas seorang individual. “Kritik yang dilakukan koalisi kepada Luhut, bukan hanya Haris dan Fatia, itu karena dia pejabat publik tapi kok bisa terlibat bisnis,” tukas dia.

Selain itu, Asfinawati juga menyoroti alasan somasi Kantor Staf Presiden (KSP) kepada Haris dan Fatia. Dalam somasi tersebut dinyatakan, kritik terhadap Luhut seharusnya disampaikan berdasarkan tata karma, kesantunan, kesopanan, etika, moral, dan adat istiadat.

“Pertanyaannya, ada nggak itu di instrumen hak asasi manusia? Kalau tidak ada, kok seorang pejabat publik bisa-bisanya melakukan pembodohan publik dengan mengungkapkan unsur-unsur yang tidak ada di dalam hukum?” cetusnya.

Sementara itu, berdasarkan penuturan Tim Advokasi Bersihkan Indonesia Julius Ibrani, perkembangan terkini kasus Haris Azhar dan Fatia hanya berhenti sampai penetapan sebagai tersangka. Dia juga melihat ada kejanggalan dalam proses setelah pemeriksaan sebagai tersangka. Haris Azhar dan Fatia baru dimintakan bukti-bukti, saksi-saksi, dan ahli-ahli yang ingin diajukan Haris dan Fatia.

Selain itu, menurut Julius, pertanyaan terhadap saksi hanya formalitas dan mengulang dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang sudah diajukan. Kejanggalan lainnya, tidak ada skema yang diwajibkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri dalam penerapan UU ITE.

“Dalam pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan dan dokumen-dokumen, tidak ada satu pun pertanyaan yang mengarah pada pemenuhan SKB tiga menteri. Baik menggali apakah ini bersifat akademik atau tidak, tujuannya untuk kepentingan publik atau tidak. Tidak dipertanyakan sampai ke sana,” terang Julius.

Terkait dengan langkah praperadilan, Julius masih mempertimbangkan berbagai macam langkah. Namun, dia juga akan melihat situasi dan kondisi di lapangan. Perlu ada identifikasi apakah medan perangnya bersih atau sudah dipengaruhi banyak pihak mengingat mereka berhadapan dengan kekuasaan.

“Ketika prosedur tadi pun banyak dilanggar, yang lain juga diam. Artinya kalau banyak yang bersikap diam, banyak yang mendukung pelanggaran-pelanggaran itu. Jangan-jangan jika mengajukan praperadilan, hal demikian juga terjadi,” ucapnya.

Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFENet) Damar Juniarto mengingatkan, ada ancaman nyata dari UU ITE terhadap para intelektual atau orang-orang pintar. Dia mengatakan, ada banyak kasus laporan terhadap orang-orang pintar yang memberikan kritik baik kepada internal kampus atau yang terjadi di masyarakat. Mereka dikenakan pasal-pasal yang dianggap bermasalah seperti pemidanaan defamasi, pencemaran nama baik, atau ujaran kebencian.

“Ruang-ruang akademik yang mulia dan harusnya bisa diemban para orang-orang pintar, menjadi sebuah ruang yang tidak bersih dari represi,” tutur Damar.

Permasalahan yang lebih penting dan perlu dikhawatirkan, menurut Damar lagi, adalah kembalinya otoritarianisme, serta kebangkitan otoritarianisme digital.

“Jangan sampai apa yang sudah kita upayakan dua dekade lalu jadi mundur dan mengarah pada kebangkitan otoritarianisme,” pungkasnya. (*)

Categories
Berita

ILUNI UI Beri Layanan Vaksinasi Warga Usia 18 Tahun ke Atas di DKI Jakarta

Jakarta, 20 Juni 2021 – Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI U) bekerja sama dengan RSCM dan didukung oleh Danone memberikan layanan vaksinasi di RSCM Kencana Jakarta, Minggu (20/6). Program vaksinasi ini berhasil mengumpulkan 500 peserta vaksin berusia di atas 18 tahun terdiri dari alumni UI, mahasiswa UI, keluarga tenaga kesehatan dan masyarakat pemegang KTP DKI atau berdomisili maupun bekerja di DKI.

Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian menyebutkan, kegiatan layanan vaksinasi ini merupakan kali ketiga diselenggarakan di RSCM dan bentuk partisipasi ILUNI UI dalam penanganan COVID-19. Atas upaya tersebut, ILUNI UI menjadi satu-satunya Ikatan Alumni Perguruan Tinggi yang mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI (4/6). “Program vaksinasi ini bertujuan mendukung pemerintah dalam percepatan realisasi program vaksinasi. Kami juga mencoba mengakomodir permintaan alumni UI untuk mendapatkan vaksinasi. Kita selalu terdepan dalam mendukung kegiatan vaksinasi untuk alumni dan masyarakat,” ujar Andre dalam keterangan tertulis, Minggu (20/6/2021).

Andre mengatakan, program layanan vaksinasi ILUNI UI merupakan Sinergi Temu antara berbagai pemangku kepentingan. Tak hanya menggandeng RSCM dan Danone sebagai mitra, ILUNI UI juga mengajak relawan yang terdiri dari ILUNI FIK UI, ILUNI FKM UI, Alumni Resimen Mahasiswa (Menwa) UI, dan juga mahasiswa UI Rumpun Ilmu Kesehatan. ”Semoga Sinergi Temu yang tercipta akan memperbesar manfaat yang diterima, tak hanya oleh alumni dan mahasiswa UI, tapi juga masyarakat luas,” ucapnya.

Koordinator relawan ILUNI UI Peduli sekaligus penanggung jawab program vaksinasi Endang Mariani menuturkan, kegiatan vaksinasi sudah rutin mereka lakukan. Sejak prioritas vaksinasi untuk lansia pada bulan Maret, ILUNI UI telah memberikan layanan vaksinasi di RSCM dan RSUI. Endang memaparkan, program vaksinasi pada bulan Maret bersama RSCM berhasil mengumpulkan sekitar 500 peserta, sedangkan program sentra vaksinasi di RSUI bekerja sama dengan XL Axiata mengumpulkan sekitar 40 ribu peserta dari Maret hingga Juni. “ILUNI UI ingin membantu pemerintah mengadakan layanan vaksinasi untuk masyarakan 18 tahun ke atas. Ke depan kami berharap dapat membuka sentra vaksinasi yang lebih besar, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh Warga Negara Indonesia, tanpa harus dibatasi KTP. Untuk waktu dan tempat masih dalam perencanaan,” tuturnya,

Selama kegiatan, sejumlah lebih dari 50 relawan ILUNI UI dari relawan tenaga kesehatan dan administrasi membantu jalannya alur vaksinasi, mulai dari proses skrining, pemberian vaksin, hingga pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Penerapan protokol kesehatan pun dijalankan dengan ketat, termasuk pemeriksaan swab antigen kepada para relawan yang terlibat, sebelum dan seminggu setelah bertugas. “Pengalaman serta kemampuan RSCM dalam menyelenggarakan vaksinasi untuk masyarakat sudah tidak diragukan lagi.  ILUNI UI belajar banyak dari RSCM, agar dapat memberikan pengalaman vaksinasi yang aman dan nyaman untuk masyarakat,” sebut Endang.

Sementara itu, Direktur Utama RSCM dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS, FIHA menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi yang tercipta dengan RSCM. Dia menekankan, RSCM akan selalu memberikan dukungannya atas upaya vaksinasi untuk masyarakat. Dalam program kali ini, RSCM bertanggungjawab dalam menyediakan tenaga kesehatan serta dukungan tempat dan berbagai fasilitas yang dimilikinya. “Ini sudah kali ketiga ILUNI UI bekerja sama dengan RSCM dalam menyelenggarakan program vaksinasi untuk  masyarakat. Kami berharap ke depan, kerja sama bisa kembali terjalin, khususnya dalam memperbanyak sentra vaksinasi, agar vaksin COVID-19 dapat menjangkau lebih banyak lagi masyarakat,” kata dr. Lies.

Medical Science Director Danone Indonesia Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK mengatakan, partisipasi dalam kegiatan layanan vaksinasi ILUNI UI bersama RSCM kali ini sebagai bentuk komitmen Danone berpartisipasi aktif dalam upaya memutus penyebaran COVID-19. Sebelumnya, Danone juga telah memberikan layanan vaksinasi kepada para karyawan dan mendukung berbagai kegiatan sentra vaksinasi di seluruh Indonesia. “Kami sangat mengapresiasi langkah ILUNI UI dan RSCM dalam memberikan layanan pemberian vaksinasi untuk masyarakat. Danone siap mendukung dan bermitra untuk program akselerasi vaksinasi di Indonesia, termasuk bermitra dengan ILUNI UI,” pungkasnya (*).

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

Konser 7 Ruang Chrisye untuk Kemanusiaan Kumpulkan Donasi Rp 900 juta

Jakarta, 1 Juni 2021 – Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bersama DSS Music dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sukses mengumpulkan donasi hingga mencapai lebih dari Rp 900 juta yang dikumpulkan sejak tanggal 21 Mei hingga konser pada 30 Mei kemarin dalam Konser 7 Ruang – Chrisye untuk Kemanusiaan. 

Konser yang diadakan secara virtual melalui kanal Youtube ILUNI UI, Baznas TV, dan DSS Music pada Minggu (30/5/2021) mengusung tema Chrisye untuk Kemanusiaan dalam rangka apresiasi karya musisi legendaris Chrisye. Konser ini juga bertujuan menggalang dana untuk misi-misi kemanusiaan ILUNI UI khususnya ILUNI UI Peduli. Hingga tanggal 31 Mei, konser telah ditonton lebih dari 12 ribu kali.

Ketua ILUNI UI sekaligus ketua pelaksana acara Nongki Wisaksono Soegandhi menyampaikan rasa terima kasih sekaligus apresiasi setinggi-tingginya kepada para donatur yang berpartisipasi dalam penggalangan dana. Donatur tak hanya berasal dari korporasi dan para alumni UI, namun juga merupakan donatur dari Baznas, dan juga masyarakat yang menonton konser. “Kami menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas para donatur selama open donation termasuk ketika kita live menggalang dana di konser semalam,” ujar Nongki. 

Lebih lanjut, Nongki memaparkan, konser penggalangan dana ini bukan pertama kali yang dilakukan. Sebelumnya, ILUNI UI pernah menggelar konser penggalangan dana untuk Palu dan Lombok yang berhasil mengumpulkan total Rp 21 miliar. “Ke depan kami ingin melanjutkan kegiatan pengumpulan dana kemanusiaan melalui konser musik. Kami juga berharap bisa kembali menggandeng DSS Music dengan Konser 7 Ruangnya,” imbuhnya. 

Konser 7 Ruang – Chrisye untuk Kemanusiaan dimeriahkan oleh 10 penampil yang membawakan lebih dari 20 lagu hits milik Chrisye. Penampilan Raidy Noor Experience membuka konser dengan lagu yang membangkitkan semangat nasionalisme berjudul Negeriku. Sementara itu, Shelomita tampil membawakan Kidung. Kolaborasi musisi Candra Darusman dan Andien membawa nuansa jazz pada lagu Chrisye berjudul Untukku dan Sendiri. Alumni UI yang juga Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas pun menyumbangkan suara untuk tiga lagu Chrisye yakni Kala Surya Tenggelam, Bulan Namanya, dan Smaradhana, dilanjutkan oleh Armand Maulana yang menghidupkan suasana konser dengan membawakan lagu Anak Jalanan dengan energik. Konser ditutup dengan penampilan Dira Sugandi yang membawakan salah satu lagu legendaris milik Chrisye, Juwita.

Salah satu yang menarik dari Konser 7 Ruang – Chrisye untuk Kemanusiaan adalah partisipasi Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dalam konser. Dia membawakan lagu milik Chrisye berjudul Sabda Alam dan Pelangi bersama Once dan Erwin Gutawa. Sri Mulyani mengaku merasa senang bisa berpartisipasi dan bernyanyi bersama kedua musisi papan atas Indonesia. Dia juga menyatakan dukungannya terhadap aksi-aksi kemanusiaan yang lakukan oleh ILUNI UI “Saya senang teman-teman ILUNI UI, DSS Music dan Baznas berkolaborasi untuk memobilisasi seluruh kegiatan sosial. Dan tentu kepada semua pihak, terima kasih yang sudah menonton dan memberikan donasinya,” ungkapnya.

Selain itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno juga menyempatkan hadir dalam acara konser. Dia menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap Konser 7 Ruang dan kegiatan penggalangan donasi yang dilakukan. Lebih lanjut, Sandiaga berharap Konser 7 Ruang jadi game changer di tengah pandemi dengan menumbuhkan sisi gotong royong melalui bingkai inovasi digital dan adaptasi. “Kita dukung Konser 7 Ruang sebagai bagian dari adaptasi baru. Dan kita akan nyumbang juga untuk acara Chrisye untuk Kemanusiaan ini,” kata Sandiaga. 

Sementara itu, hadir pada acara Halalbihalal ILUNI UI yang diadakan sebelum konser, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA turut menyampaikan apresiasi atas kegiatan Konser 7 Ruang – Chrisye untuk Kemanusiaan. Menurutnya, ILUNI UI telah banyak berperan dalam kegiatan kemanusiaan, tak hanya untuk masyarakat tapi juga untuk UI. “ILUNI UI juga banyak berkontribusi untuk almamater melalui kegiatan-kegiatan kemanusiaan salah satunya. Semoga ke depannya lebih banyak lagi sinergi antara ILUNI UI dan Universitas Indonesia. Kami berharap, melalui Konser 7 Ruang – Chrisye untuk Kemanusiaan tercipta sebuah sejarah,” pungkas Prof. Dedi. (*)

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

Gelar Bedah Buku, ILUNI UI Munculkan Ekosistem Inovasi Rintisan

Jakarta, 8 Mei 2021 – Munculnya Jakarta sebagai ekosistem “challenge” mengukuhkan Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam perkembangan perusahaan rintisan, yang lebih popular dengan sebutan startups. Beberapa perusahaan rintisan yang berdiri pun telah menjadi unicorn dan decacorn. Ekosistem inovasi dan kewirausahaan rintisan dibutuhkan agar perusahaan rintisan dapat tumbuh dalam jumlah lebih besar dan menarik investor dan teknologi, serta mendorong kemajuan dan  daya saing bangsa.

Hal ini disampaikan dalam sesi bedah buku berjudul “Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) pada Sabtu (8/5/2021) secara virtual. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian program riset ILUNI UI bertajuk “Riset Masa Depan Indonesia: Manusia dan Pemimpin Indonesia 2045”. 

Buku ini merupakan kolaborasi Sinergi Temu antara Ketua ILUNI UI Muhammad Rahmat Yananda dan Ketua Puskakom LPPSP FISIP UI Ummi Salamah. Dalam pemaparannya, Rahmat mengungkapkan bahwa  penulisan buku ini bertujuan mengungkap peran para entrepreneur pelopor pada masa-masa awal tumbuhnya perusahaan rintisan di Indonesia hingga berkembang menjadi unicorn dan decacorn. “Sebelum terbentuknya ekosistem untuk bisnis dan inovasi rintisan, para entrepreneur merupakan aktor paling penting. Ekosistem tanpa entrepreneur atau inovator tidak akan menciptakan nilai walaupun didukung infrastruktur dan pendanaan,” ujarnya. 

Rahmat lalu menjelaskan, keberlanjutan para entrepreneur pelopor atau founders baru perusahaan rintisan di Indonesia harus didukung melalui innovation by mission, khusususnya dari.pemerintah. Rencana yang baik dibutuhkan untuk memunculkan ruang yang mendorong interaksi kuat antara entrepreneur, kampus, pemerintah, dan dunia industri untuk dimaksimalkan potensi ekosistemnya. “Dari ekosistem inilah para entrepreneur baru akan lahir menyelesaikan social problem melalui perusahaan rintisan yang didirikan,” tukasnya.

Menurut Rahmat, ekosistem inovasi tidak harus mulai dari nol. Kawasan perkotaan dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya perusahaan rintisan. Infrastruktur perkotaan seperti infrastruktur fisik, pengetahuan, dan manusia mendukung tumbuhnya ekosistem tersebut. “Rintisan dilakukan untuk memecahkan problem perkotaan berkolaborasi dengan pemerintah dan industri. Kemajuan yang terukur dengan critical mass yang memadai akan mendatangkan investor,” jelasnya. 

Senada dengan Rahmat, Pakar Ekonomi Internasional dan Guru Besar BINUS University Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D. menegaskan, ekosistem inovasi kewirausahaan rintisan perlu digenjot dalam kurikulum di perguruan tinggi. “Terlepas dari semua permasalahan dan tantangan yang ada, jiwa-jiwa entrepreneur perlu dimiliki oleh pengambil kebijakan yang bisa dimulai dari perguruan tinggi. Kita juga perlu belajar dari masa lalu soal ekosistem inovasi, apa-apa saja yang tidak berhasil harus dapat perbaiki saat ini. Dengan begitu sejelek apapun ekosistemnya, entrepreneur baru tetap akan lahir,” jelas Prof. Tirta. Dia menambahkan, buku “Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan” telah disusun dengan sangat lengkap, komprehensif, menstimulasi, kontekstual, dan relevan sesuai dengan permasalahan apa saja yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.  

Sementara itu, menurut Co-Founder TEMUIDE Haemiwan Fathony, faktor kunci keberhasilan para founder perusahaan unicorn dan decacorn Indonesia dan luar negeri seharusnya diaplikasikan dengan prinsip kolaborasi dan sinergi. Perlu ada nyali bukan hanya dari entrepreneur saja tapi juga dari pihak kampus, pemerintah, dan industri. Selain itu, menurutnya kampus mampu menjadi salah satu institusi yang berperan penting dalam menciptakan bibit-bibit founder perusahaan rintisan raksasa. 
Selain itu, Haemiwan menilai gagasan ekosistem inovasi yang coba ditawarkan Rahmat dan Ummi melalui buku “Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan” mampu menjadi jawaban bagaimana ekosistem perusahaan rintisan Indonesia dapat berkembang dan memberi solusi atas permasalahan yang ada. “Dimulai dari hal kecil, seperti bagaimana riset di kampus menciptakan hak paten untuk mengembangkan kewirausahaan rintisan dan bukan sebatas mengejar H-Index Scopus belaka. Kampus juga perlu menggandeng para mahasiswa dan industri bersama pemerintah sehingga tercipta ekosistem inovasi yang kita semua harapkan supaya tumbuh kewirausahaan rintisan baru lainnya,” tutupnya. (*)  Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

ILUNI UI Minta Status Tersangka Peserta Aksi Demo Hardiknas Dicabut

Jakarta, 8 Mei 2021 – Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian meminta pencabutan status tersangka para peserta aksi yang ditangkap saat demo Hardiknas 2 Mei lalu. Hal ini disampaikan dalam diskusi virtual Forum Diskusi Salemba Policy Center ILUNI UI dengan tema “Menimbang Demonstrasi pada Masa Pandemi: Ekspresi Berserikat dan Ketertiban Umum”, Sabtu (8/8/2021).

Pada diskusi tersebut, Ketua BEM UI  Leon Alvinda Putra dan Ketua BEM FHUI Surya Yudiputra hadir dan menjelaskan kronologis aksi yang mereka lakukan hingga penangkapan aparat. Menurut Leon, penanganan polisi tidak konsisten dan ada ancaman yang diterima mahasiswa. Padahal saat itu mahasiswa sudah setuju untuk bubar setelah menunggu perwakilan selesai beraudiensi dengan Dirjen Dikti. 

Oleh karenanya, Andre menyebut, penangkapan tersebut melanggar kebebasan bereskpresi masyarakat yang sudah berjalan sesuai peraturan. “Adik-adik mahasiswa dan para buruh sudah mengadakan aksi secara damai dan sesuai prokes, namun tetap ditangkap dan dijadikan tersangka,” kata Andre dalam sambutannya.

Andre berpendapat, perlu ada panduan bagaimana masyarakat bisa melakukan hak-haknya dengan satu protokol yang jelas. Dia menyoroti aparat yang juga dianggap belum melaksanakan protokol kesehatan pada saat aksi berlangsung. “Apakah kemarin ada kesalahan atau ada usaha-usaha untuk membuat hak masyarakat menyatakan pendapat berkurang. Kita tahu saat ini masih di masa pandemi, sehingga semua pihak harus punya kesepakatan apa yang bisa dilakukan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ILUNI UI juga mencoba mengadvokasi mahasiswa di BEM, termasuk ketua BEM FHUI yang jadi tersangka. ILUNI UI juga berperan aktif dalam menyatakan pendapatnya secara damai melalui pelaksanaan diskusi virtual. “Semoga dengan forum diskusi ini bisa jadi Sinergi Temu berbagai elemen untuk memberikan masukan bagaimana penanganan ini ke depan. Jangan sampai menimbulkan kegaduhan di masa kita harus berkonsentrasi menangani pandemi,” harap Andre. 

Wakil Dekan FHUI Prof. Dr. M. R. Andri Gunawan Wibisana, S.H., LL.M. menyayangkan tindakan represi dan penangkapan terhadap mahasiswa peserta demo. Dia melihat adanya penyalahgunaan wewenang dan pembungkaman suara kritis. Jika dibiarkan, kondisi ini akan berbahaya dan dapat membawa bangsa kembali pada situasi gelap sebelum reformasi. “Sudah saatnya kita melihat lagi hukum acara pidana kita apakah masih layak dipertahankan atau justru perlu melakukan kajian-kajian lebih kritis. Apakah terlalu banyak diskresi yang akan membahayakan publik. Jika kemungkinan terburuk harus dilawan di pengadilan, kita lawan. Jangan sampai hal ini dibiarkan,” tandasnya. 

Senada dengan hal tersebut, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati mengkritisi diskriminasi yang terjadi dalam penindakan pelanggaran protokol kesehatan. Berdasarkan laporan Bawaslu, ada banyak pelanggaran yang terjadi saat pilkada dan tidak mendapat penindakan hukum. Namun, mahasiswa dan para buruh yang ikut serta dalam aksi demonstrasi justru ditangkap bahkan ketika mereka sudah selesai aksi. “Data-data dan foto-foto yang beredar menunjukkan mahasiswa ditangkap bukan karena protokol kesehatan. Ada surat telegram Kapolri yang meminta meredam, mencegah, dan mengalihkan aksi,” sorotnya.

Selain itu, Asfin membeberkan, ada pola-pola hambatan kebebasan berpendapat di muka umum melalui pendidikan, serangan digital, penghalang-halangan aksi, termasuk pencegatan di berbagai tempat yang dilakukan dengan perencanaan. “Kalau menggunakan pelanggaran HAM yang berat, unsur sistematis sudah terpenuhi karena ada kebijakan dan berbagai pejabat publik yang  juga menyampaikan secara terbuka,” sebut dia. 

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (TAU KSP) Donny Gahral Adian meyakinkan, pemerintah tetap membuka ruang kebebasan berekspresi di tengah pandemi. Jika ada dinamika di lapangan, hal tersebut akan ditindaklanjuti. Termasuk kebutuhan akan protokol untuk menyampaikan pendapat di muka umum pada masa pandemi. “Tidak ada niatan atau policy untuk pengetatan dan represi masyarakat dalam menyuarakan pendapatnya. Tapi kalau di lapangan ada dinamika, KSP pasti akan mencatatnya dan menjadi koreksi internal. Semoga bisa diselesaikan, termasuk harapannya agar tidak mudah melakukan pemidanaan jika ada pelanggaran protokol kesehatan,” pungkas Donny. 

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

ILUNI UI Kirim Bantuan untuk Korban Bencana NTT

Kupang, 14 April 2021 – Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) melalui ILUNI UI Peduli mengirimkan bantuan berupa empat mesin gergaji listrik serta kebutuhan logistik untuk dapur umum, selimut, alat sanitasi diri, dan pakaian untuk korban bencana siklon tropis Seroja. Bantuan tersebut diharapkan dapat meringankan beban para penyintas bencana di NTT.

Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan dari masyarakat dan berbagai pihak dalam bantuan di NTT. Dia pun berkomitmen untuk terus menjalankan program bantuan kemanusiaan melalui ILUNI UI Peduli secara berkesinambungan. Untuk itu, partisipasi aktif seluruh masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan. “ILUNI UI tidak akan mampu sendirian membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di NTT. Bukan saja pada tahap tanggap darurat, tetapi juga hingga tahap pemulihan,” ungkap Andre melalui keterangan resmi untuk media, Rabu (14/4).

Sementara itu, Koordinator ILUNI UI Peduli Endang Mariani menjelaskan, bantuan untuk NTT telah diberikan sejak masa tanggap darurat dengan menggandeng berbagai pihak. “Tiga hari pascabencana di NTT, ILUNI UI Peduli telah mengirimkan empat unit mesin Senso untuk membantu PLN mempercepat pemulihan listrik. ILUNI UI Peduli juga mendukung pemenuhan dapur umum Yayasan Baitul Mal (YBM) PLN di Oesapa (Kupang), Waiwerang (Adonara) dan Malaka,” kata Endang.

Bersama ASNation, Flotista UI, Paguyuban Mahasiswa UI, dan Alumni UI  NTT, ILUNI UI Peduli juga menyalurkan berbagai kebutuhan berupa selimut, alat sanitasi diri, dan pakaian bersih ke beberapa titik pengungsian. Namun, Endang mengungkapkan, pengiriman bantuan menemui kendala akibat sulitnya akses ke titik-titik yang tersebar di luar Kupang dan sekitarnya. Banyak permintaan datang dari Alor, Sabu dan Rote yang terhambat sarana transportasi dan tingginya biaya pengiriman. Meski begitu, Meski begitu, bantuan akan terus diupayakan melalui kerja sama dengan relawan setempat seperti seperti untuk penyerahan bantuan ke Welai Selatan dan Maleipea. “Saat ini ILUNI UI Peduli berupaya memberikan bantuan ke daerah-daerah yang masih minim bantuan dan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, khususnya adik-adik mahasiswa dan rekan-rekan alumni UI di lapangan, untuk mengatasi hambatan tersebut,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Endang juga menyebut, ILUNI UI akan memberikan bantuan layanan kesehatan gratis di sejumlah titik. Bantuan ini mendapatkan dukungan dari ILUNI Fakutlas yakni ILUNI Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI dan ILUNI Fakultas Kedokteran (FK) UI. Dukungan psikososial juga diberikan untuk mendampingi masyarakat penyintas melalui masa-masa sulit pascabencana.

Sementara itu, Koordinator Alumni UI asal NTT Sonia Buftheim menyampaikan apresiasinya atas bantuan dan dukungan dari berbagai elemen masyarakat.  Sonia mengatakan, gerakan ini lahir atas dasar rasa cinta untuk masyarakat NTT yang tengah dilanda musibah. Para alumni UI asal NTT pun turut aktif berkontribusi meski kini mereka telah tersebar di berbagai daerah “Kegiatan ini tidak terlepas dari konstribusi paguyuban mahasiswa UI asal NTT (Flotista) yang terjun langsung dalam menyalurkan bantuan, bahkan di sela-sela perkuliahan dan pekan UTS,” pungkasnya.   

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

ILUNI UI Vaksinasi 8.000 Lebih Alumni Warga Jakarta dan Depok

Jakarta, 12 April 2021– Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) berpartisipasi dalam pemberian vaksinasi COVID-19 kepada lebih dari 8.000 alumni warga Jakarta dan Depok. Pemberian vaksinasi pertama dilakukan untuk alumni lansia UI warga Jakarta di RSCM Kencana pada 11 Maret lalu, dilanjutkan dengan dukungan layanan vaksinasi drive thru untuk alumni UI di Depok dan dosen UI, terhitung sejak 22 Maret hingga 21 Mei mendatang di RSUI Depok.

Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian menuturkan, program vaksin ini merupakan wujud dukungan terhadap pelaksanaan program vaksinasi pemerintah. “Kami membuka layanan sentra vaksinasi untuk alumni UI dan dosen UI yang diadakan di RSCM dan RSUI.  Kami juga membuka kolaborasi dengan berbagai elemen termasuk dengan swasta, seperti kerja sama vaksinasi drive thru dengan XL Axiata untuk vaksin di Depok dengan target tiga puluh ribu penerima vaksin selama durasi program,” ujar Andre dalam keterangan tertulis kepada media.

Andre mengungkapkan setidaknya sudah ada 8.000 lebih warga Jakarta dan Depok yang menerima manfaat dari program ini.  Termasuk dalam jumlah tersebut antara lain  alumni UI, pasangan alumni UI, keluarga dari alumni UI, serta dosen UI. Untuk program vaksinasi alumni di Jakarta pada tanggal 11 April ini merupakan vaksinasi kedua, setelah sebelumnya ILUNI UI mengadakan vaksinasi pertama pada 11 Maret lalu. “Ada ratusan alumni yang berpartisipasi dalam program vaksinasi alumni pertama. Dalam program ini, ILUNI UI bekerja sama dengan RSCM dan atas pengawasan dari Dinkes Pemprov DKI Jakarta dan Kemenkes RI,” ujarnya.

Lebih lanjut, Andre juga menjelaskan dalam program vaksinasi di RSCM, ILUNI UI berkontribusi dalam menyediakan relawan nakes dan nonnakes. ILUNI UI juga membuka pendaftaran penerima vaksin, melakukan penjadwalan traffic management, serta pre-skrining untuk para lansia. “Kami mendapatkan banyak dukungan dari RSCM dan juga dari relawan yang berasal dari ILUNI Fakultas,” kata dia.

Sementara itu, dalam progam vaksinasi Drive-Thru Sentra Vaksinasi Indonesia Bangkit di RSUI, ILUNI UI berkolaborasi dengan XL Axiata, Universitas Indonesia, Kemenkes RI, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Depok. Termasuk pula mitra bisnis lainnya, seperti Benih Baik, Protelindo, Tower Bersama Group, Alita, dan Aksi Cepat Tanggap (ACT). “Dalam program ini, ILUNI UI memberikan dukungan kepada pihak XL Axiata berupa penyediaan tenaga relawan nonmedis yang membantu proses administrasi, menyediakan pelaksana teknis lapangan, membantu proses perizinan selama vaksinasi di RSUI, serta membantu dalam hal publikasi,” jelas Andre.  Sejauh ini, Andre memaparkan, sudah ada total 3.577 penerima vaksin nonlansia (termasuk dosen UI, dosen PNJ, dan pelayanan publik) dan 4.811 peserta vaksin lansia. Sehingga, per 8 April tercatat 8.388 orang berpartisipasi dalam program vaksinasi Drive-Thru Sentra Vaksinasi Indonesia Bangkit.

Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini menyatakan rasa terima kasih atas sinergi antara XL Axiata dan ILUNI UI dalam pelaksanaan progam vaksinasi Drive-Thru Sentra Vaksinasi Indonesia Bangkit. Dia menyebut, ILUNI UI dan XL Axiata memiliki kesamaan visi-misi dalam mendukung program vaksinasi dari pemerintah. Dia juga berharap, kerja sama yang terjalin mampu memberi dampak signifikan akan penyaluran vaksinasi kepada masyarakat. “Tentunya merupakan suatu kehormatan bisa bekerja sama dengan RSUI dan ILUNI UI dalam program vaksinasi ini.  Semoga kerja sama dapat terjalin lebih erat dan memberikan manfaat luas kepada masyarakat. XL Axiata berkomitmen untuk membantu penyelenggaraan vaksinasi sebagai bagian dari pencegahan penyebaran COVID-19,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama RSUI dr. Astuti Giantini, Sp. PK (K)., MPH. menyampaikan apresiasinya atas dukungan berbagai pihak dalam penyediaan sentra vaksinasi untuk warga Depok dan dosen-dosen UI. “RSUI mengapresiasi atas penyelenggaraan vaksin drive thru ini. Meski telah mendapatkan vaksin, tentunya kita tetap harus menerapkan protokol kesehatan. RSUI juga akan tetap memberi pelayanan terbaik untuk warga UI dan masyarakat,” pungkas dr. Astuti.

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

ILUNI UI Buka Suara Soal Kasus Plagiarisme di Perguruan Tinggi

Jakarta, 15 Februari 2021 – Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian memberikan suara dan opininya terkait kasus plagiarisme yang marak terjadi di perguruan tinggi. Dia menilai, plagiarisme dalam perguruan tinggi berpotensi merusak karakter bangsa.

“Perguruan tinggi bukan hanya tempat untuk menimba ilmu, tapi Juga karakter. ILUNI UI menaruh perhatian besar adanya persoalan plagiarisme yang dapat menurunkan karakter yang sangat diperlukan oleh bangsa indonesia yaitu kejujuran,” ucap Andre dalam pembukaan diskusi daring Forum Diskusi Salemba Policy Center ILUNI UI dengan tema “Menjaga Kehormatan Dunia Akademik Indonesia: Cegah Plagiarisme”, Senin (15/2).

Menurut Andre, sikap permisif menjadi salah satu sumber dari maraknya berbagai kasus plagiarisme yang terjadi pada dunia pendidikan tinggi. Andre berharap, pihak yang berwenang dalam dunia pendidikan dan para pemangku kepentingan lainnya bisa bersikap tegas dan serius dalam menangani plagiarisme dalam bentuk apapun. “ILUNI UI berharap riset nasional dan international oleh para pendidik di kampus apalagi kampus sekelas UI harus semakin digalakkan, sehingga semakin banyak karya-karya tulis pengajar yang mendapatkan sitasi,” ungkapnya.

Tim Penilai Angka Kredit Dosen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia Prof. Dr.rer.nat. Heru Susanto, S.T., M.M., M.T. menjelaskan dalam menerbitkan karya ilmiah terdapat kode etik yang harus dipatuhi. Plagiarisme merupakan salah satu bentuk pelanggaran dari kode etik karya ilmiah, termasuk self plagiarism. “Ketika suatu karya sudah dipublikasikan, ada copyright transfer agreement. Sepanjang belum dilakukan, karya tersebut masih milik penulis. Begitu sudah dipublikasikan, maka itu milik penerbit. Dalam dunia sains dilihat dari pendekatan etika, self plagiarism sudah masuk ke dalam plagiat,” papar Prof. Heru.

Lebih lanjut, Prof. Heru menyatakan, seseorang yang melakukan pelanggaran etika, maka sanksinya seharusnya secara etika. Ketika seorang dosen melakukan suatu plagiat dan diketahui kalangan akademisi dan publik, maka kariernya seharusnya sudah selesai sebagai dosen. “Membawa sanksi etik kepada pelanggaran hukum tentu ada kendala karena regulasi yang ada tidak atau belum cukup untuk mengakomodir pelanggaran kode etika. Perkembangan pelanggaran etika juga jauh lebih cepat dari perkembangan perangkat regulasi,” imbuh dia.  

Senada dengan Prof. Heru, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sumatera Utara Dr.Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir juga menyoroti regulasi seputar plagiarisme yang menurutnya harus terus diperbarui. Salah satunya, belum adanya regulasi yang mengatur tentang self plagiarism. “Kalau tidak memperbarui dan mengamati pedoman terkait plagiarisme, yang terjadi adalah polemik tidak berakhir yang akan menciptakan kubu-kubu,” tukas dia.

Dr. Kartini juga menekankan dalam pola relasi dan hubungan antara Kemendikbud dan perguruan tinggi, Kemendikbud merupakan pengambil keputusan. Sehingga, ketika terjadi sebuah kasus seperti self plagiarism, diperlukan pedoman yang betul-betul rinci. “Perubahan terjadi dengan cepat di era digitalisasi saat ini. Mana yang boleh, mana yang tidak bisa jadi rancu. Orang bisa saja bertanya apa salahnya kutip karya miliknya sendiri. Hal ini harus diselesaikan dari segi etik dan hukum, apakah boleh atau tidak,” sebutnya.

Menanggapi isu seputar plagiarisme, Ketua Dewan Guru Besar UI Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D. menyampaikan bahwa UI telah memiliki regulasi yang mengatur plagiarisme di kalangan Sivitas Akademika UI. “Peraturan internal UI yang berkaitan dengan plagiarisme minimal ada tiga ketentuan. Yang pertama, peraturan Rektor UI No. 2018/SK/R/UI/2009 tentang pedoman penyelesaian masalah plagiarisme yang dilakukan Sivitas Akademika UI, pada 2018 ada peraturan rektor juga Tentang Sistem Pelaporan Dugaan Pelanggaran, dan yang terbaru Peraturan Rektor UI no. 14 tahun 2019 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku UI,” jelas Prof. Tuti.

Kemudian, ia juga menambahkan berbagai upaya lain yang telah dilakukan UI untuk mengatasi masalah plagiarisme di dalam Sivitas Akademika UI di antaranya, mewajibkan mahasiswa untuk memberikan pernyataan tertulis untuk skripsi, tugas akhir, tesis, dan disertasi bahwa karya ilmiah tersebut bebas plagiarisme. Jika terbukti melanggar, akan ada sanksi berupa pencabutan gelar. UI juga mewajibkan pembimbing untuk memberikan dokumen  Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, serta membatasi jumlah bimbingan yang dilayani. “UI juga berlangganan I-Thenticate dan Turnitin untuk melakukan similarity checking yang wajib dilalui mahasiswa yang menuliskan tugas akhir,” katanya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Cahaya Guru Dra. Henny Supolo MA menilai kasus plagiarisme yang terjadi di dunia pendidikan tinggi saat ini merupakan hasil dari berbagai sistem pendidikan yang rentan pada pembenaran ketidakjujuran. Pendidikan dilihat hanya berfokus pada hasil, tapi tidak berfokus pada kematangan dan kesiapan anak. “Dari dasarnya, sistem pendidikan sudah membuka kemungkinan ketidakjujuran dan lemahnya berpikir kreatif dan kritis,” kata Dra. Henny.

Untuk itu, dia mendorong penyelenggara pendidikan dan pihak-pihak terkait untuk menilik ke arah tiga pusat pendidikan dari Ki Hajar Dewantoro yakni alam pendidikan, alam keluarga, dan alam pergerakan pemuda. Tiga pusat ini punya tanggung jawab untuk  membangun kejujuran seseorang yang dilakukan secara dini dan konsisten. “Jadi ini semua tidak ujuk-ujuk di pendidikan tinggi, tapi sudah diwarisi sejak pendidikan dasar,” pungkasnya. (*)

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

Hadapi Ancaman Mutasi Virus, ILUNI UI Dukung Pembatasan WNA Masuk

Jakarta, 27 Januari 2021 – Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian mendukung langkah pembatasan WNA masuk ke Indonesia mitigasi penanganan COVID-19. Menurutnya, hal ini diperlukan untuk meminimalisir potensi masuknya mutasi virus COVID-19 yang telah terdeteksi di Inggris, Afrika Selatan, dan sejumlah negara di Asia.

Andre mengapresiasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan masuk Warga Negara Asing (WNA) dan Warga Negara Indonesia (WNI) yang datang dari luar negeri. Hanya saja pelaksanaannya harus dilakukan dengan konsisten agar berdampak pada penurunan penyebaran virus. “Pemerintah sudah melakukan mitigasi dengan PSBB Jawa-Bali untuk mengurangi pergerakan penduduk. Sudah melakukan pelarangan WNA untuk datang ke indonesia kecuali memenuhi persyaratan. Semoga ini bisa mencegah masuknya mutasi virus COVID-19 yang disebut lebih berbahaya,” ungkap Andre dalam sesi diskusi daring Forum Diskusi Salemba dengan tema “Mitigasi Varian Baru SARS CoV-2 dan Dampaknya terhadap Vaksin SARS CoV-2 di Indonesia”, Rabu (27/1)

Selain pembatasan pergerakan penduduk dalam dan luar negeri, Andre juga mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan kesiapan vaksinasi COVID-19. Tidak hanya terkait distribusi maupun teknis pemberian, namun pemerintah harus sigap akan implikasi mutasi virus terhadap vaksin yang telah ada. “Ada lima vaksin yang disetujui, yang sudah mulai dari Sinovac. Kita belum dapat informasi apakah vaksin ini bekerja untuk varian baru,” ucapnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE mengungkap, kemunculan terjadinya mutasi yang membentuk varian baru lumrah terjadi. Adanya kemungkinan mutasi yang baru muncul dan bermasalah terhadap kerja vaksin menjadi tugas bagi industri vaksin global. “Vaksin harus siap untuk disesuaikan berdasarkan kondisi mutan SARS CoV-2 agar kinerja vaksin masih efektif dalam mengenali SARS CoV-2,” tutur dia.

Lebih lanjut, dr. Tjandra juga menyatakan, munculnya mutasi SARS CoV-2 varian D614 sebenarnya sudah lama, tepatnya sejak Februari 2020. “Menariknya Pemerintah Inggris melaporkan ke WHO melalui mekanisme International Health Regulation yang mengatur kemungkinan penularan penyakit antar negara. Selain di Inggris, mutasi SARS CoV-2 juga terjadi di Afrika Selatan,” imbuh dia.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI  meyakinkan, varian baru SARS CoV-2 dari Inggris tidak memengaruhi kerja vaksin yang sudah beredar saat ini. Namun, varian baru dari Afrika Selatan masih dalam pantauan dampaknya terhadap kerja vaksin yang sudah ada saat ini.

Dia menyebut, mutasi tetap akan terjadi pada virus. Ada yang bersifat kecil-kecilan dan ada pula yang bersifat besar-besaran. Misalnya, pada virus influenza akan berubah setiap tahunnya. Jadi, WHO akan mengumumkan kepada produsen, vaksin tipe strain virus apa saja yang akan beredar pada tahun selanjutnya. Sehingga, vaksin untuk virus influenza setiap tahun akan dibuat yang baru.

Namun, dr. Iris meyakinkan mutasi varian B117 di Inggris tidak mempengaruhi efektivitas vaksin atau netralisasi vaksin karena mutasi hanya bersifat sebagian saja pada permukaan virus (spike virus). Berbeda dengan penemuan mutasi SARS CoV-2 yang ditemukan di Afrika. ”Yang jadi masalah B1351 di Afrika Selatan menunjukkan dualitas. Kalau kadar netralisasinya tinggi itu baik, namun jika rendah tidak berhasil untuk dinetralisasi. Bisa jadi vaksin menjadi tidak efektif,” paparnya.

Di sisi lain, Epidemiolog Universitas Indonesia dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D mengingatkan vaksin bukanlah solusi tunggal untuk mengatasi pandemi.  Menurut dr. Pandu, tak perlu ada persyaratan-persyaratan yang menghambat proses vaksinasi. “Kata-kata layak dan tidak layak itu sangat mengganggu, kemudian tidak ada referensinya. Jangan buat persyaratan-persyaratan yang menghambat di lapangan,” tukas dia.

Dr. Pandu juga menjelaskan bahwa vaksin aman untuk lansia 60 tahun ke atas. Dari semua tenaga kesehatan yang jadi prioritas, nakes paling berisiko adalah nakes 60 tahun ke atas. Sinovac adalah salah satu vaksin yang disebutnya tidak memberikan batasan pemberian berdasarkan usia. ”Vaksinasi ini bermanfaat untuk mencegah angka hospitalisasi dan menurunkan angka kematian. Negara yang memprioritaskan tenaga medis dan lansia 60 tahun ke atas, angka kematian pada usia tersebut yang tadinya 30 persen turun jadi 7 persen,” imbuhnya.

Dia juga kembali meminta pemerintah untuk tidak menyangkal dengan permasalahan yang sangat besar. Saat ini, Indonesia berkejaran dengan makin meningkatnya penularan, serta mutasi virus yang alamiah pasti terjadi. Untuk itu, dr. Pandu meminta pemerintah memprioritaskan pandemi dibandingkan ekonomi, serta melibatkan masyarakat sebagai garda terdepan. ”Kita harus benar-benar menangani pandemi dengan manajemen modern, yaitu dengan rencana. Sampai saat ini, indonesia belum punya perencanaan. Kita dorong pemerintah untuk membuat rencana. Tanpa perencanaan kita tidak tahu bagaimana. Jangan lagi mengulangi kesalahan lalu,” pungkasnya (*)

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)

Categories
Berita

ILUNI UI Minta Pemerintah Benahi Komunikasi Penanganan COVID-19

Jakarta, 19 Desember 2020 – Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) meminta pemerintah membenahi strategi komunikasi dalam penanganan COVID-19. ILUNI UI menyoroti tiga aspek yang diperlukan dari pola komunikasi pemerintah pada masa pandemi.

Analis Senior Bidang Komunikasi Policy Center ILUNI UI Bernika Yustisiana Narang menyoroti pola komunikasi pemerintah pada masa awal pandemi. Bernika menyebut, ada beberapa hal yang tidak segera ditindaklanjuti seperti, kebijakan publik yang jelas, komunikasi politik antara pusat dan daerah, serta keterbukaan informasi. Pemerintah justru melakukan penyangkalan terhadap situasi yang akan terjadi dengan mengindahakn pentingnya transparansi data.

“Pada aspek ini, Policy Center ILUNI UI menekankan pada pentingnya keterbukaan dan transparansi data untuk mendapatkan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum serta tenaga kesehatan. Ini adalah tantangan pemerintah untuk membangun Kembali kepercayaan tersebut,” ujar Bernika dalam Forum Diskusi Salemba Policy Center ILUNI UI bertajuk “Evaluasi Strategi Komunikasi Kebijakan Pemerintah di Sepanjang Masa Pandemi”, Sabtu (19/12).

Menurut Bernika, pemerintah belum memiliki sensitivitas terhadap wabah yang sedang berlangsung. “Policy Center ILUNI UI melihat perlunya pemerintah melakukan penilaian resiko sebagai langkah awal dalam pengambilan kebijakan, selanjutnya membangun sistem deteksi krisis serta memantau keadaan krisis dan memahami karakteristiknya,” jelasnya lagi.

Selain itu, pada fase krisis pandemi COVID-19 ini, masih muncul anggapan kegagapan komunikasi politik dalam pemerintahan. Pergantian aktor secara terus menerus selama pandemi juga menimbulkan rasa tidak percaya (distrust) pada masyarakat. “Pemerintah harus menentukan aktor atau juru bicara dalam penyampaian pesan kepada publik. Peran juru bicara menjadi penting dalam sentral komunikasi pemerintah pada masyarakat,” kata Bernika.

Untuk itu, ILUNI UI mendorong pemerintah untuk memperluas memperluas rekrutmen sumber daya manusia guna meningkatkan kemitraan antara pemerintah, badan penanggulangan bencana, dan komunitas lokal sehingga membangun infrastukur sosial yang kuat. “Pemerintah juga perlu melibatkan pemangku kepentingan dari kalangan masyarakat yang lebih luas guna mengimplementasi pembuatan SOP monitoring yang rinci untuk berkomunikasi dengan inspektur daerah. Serta menjaga keterbukaan pola komunikasi informas dan penyebaran informasi yang terpusat namun tetap memberi peluang pengawasan bagi publik,” papar Bernika.

Sementara itu, Direktur Korporat dan Hubungan Masyarakat Maria Tobing mengungkapkan sejak awal ada pelemahan kepercayaan publik dari pemerintah karena tidak adanya sense of crisis. “Karena tidak ingin bikin panik, malah jadi menurunkan kepercayaan masyarakat. Tidak adanya sense of crisis membuat masyarakat jadi santai-santai saja. Presiden Jokowi baru menggunakan kata krisis di bulan Juni, sebelumnya sangat menghindari,” ujar Maria.

Lebih lanjut, Maria menyebut ada beberapa isu besar yang harus diselesaikan pemerintah. Pemerintah diminta untuk memperbaiki kembali data yang tidak terintegrasi dan tidak akurat. Pemerintah juga harus memberikan kejelasan data mengenai vaksin berikut anggarannya. Selain itu, narasi-narasi harus berbasis sains daripada politik. Pemerintah juga perlu menggaet jubir dan influencer dari berbagai kalangan seperti akademisi, pengusaha, dan tokoh-tokoh masyarakat karena isunya penanggulangan pandemi dan ekonomi. ”Fokus pemerintah harusnya tetap pada penanggulangan covidnya, toh pengusaha akan berusaha untuk mengurus ekonomi, tinggal pemerintah fokus pada penanganan covid,” kata dia.

Ketua Puskakom LPPSP FISIP UI Ummi Salamah menyoroti adanya trust issue dalam masyarakat. Untuk itu,pemerintah harus fokus pada komunikasi risiko berbasis transparansi. Pembicara juga harus kompeten untuk menyampaikan pesan yang benar dengan data dan fakta, punya nilai sosial, dan jujur. Selain itu, perlu ada komunikasi dua arah maupun multiarah yang memberi ruang keterlibatan untuk elemen masyarakat. ” Hal ini jadi perhatian pemerintah. Kalau ada dispute atau kontradiksi terkait pesan akan menggerus kepercayaan itu sendiri. Kalau ada jubir yang bilang mengenai vaksin demi keadilan harus ada yang bayar atau nggak, lalu belakangan presiden bilangnya berkebalikan itu akan menggerus kepercayaan masyarakat sendiri,” tukasnya.

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian menyebut untuk saat ini perencanaan komunikasi terkait pandemi ada di Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). Saat ini telah ditunjuk lima juru bicara khusus terkait vaksin. “Evaluasi jadi sangat penting terkait substansi, cara penyampaian, dan konteks juga jadi sangat penting. Deputi Informasi dan Komunikasi Politik KSP akan terus menyusun daily briefing yang disebarkan ke semua kementerian dan lembaga untuk sinkronisasi bukan hanya terkait pandemi tapi untuk semua isu,” pungkasnya. (*)

Informasi selengkapnya: Devi Irma Safitri +62 813 8044 9686 (Sekretariat ILUNI UI)